Peran Procurement di Indonesia

Saya melakukan survey kepada 100 praktisi procurement di Indonesia untuk mengetahui bagaimana persepsi mereka tentang peran Procurement di perusahaan mereka masing-masing.

Survey dibuat dengan 3 pertanyaan yaitu pertanyaan tentang peran procurement di perusahaan mereka, persentase staff procurement yang memiliki disiplin ilmu Procurement/Supply Chain Management dan frekwensi mereka mengikuti training dalam 2 tahun terakhir.

Inilah hasil survey tersebut:

1. Peran Procurement

81% responden menjawab pemilik perusahaan atau senior management memandang procurement mempunyai peran strategis dalam perusahaan mereka.

Ini adalah kabar baik dan sangat penting untuk para praktisi procurement karena peran dan keberadaan procurement sudah mendapat pengakuan dari para pengambil keputusan. Artinya sudah ada pemahaman bahwa hasil kerja procurement mempunyai dampak langsung terhadap biaya operasional perusahaan yang notabene mempunyai dampak juga terhadap besar kecilnya keuntungan perusahaan.

2. Latar Belakang Pendidikan Bagian Procurement

28% responden menjawab di tempat kerja mereka tidak ada yang memilik latar belakang pendidikan procurement/supply chain management dan 32% menjawab kurang dari 20% artinya mayoritas staff yang bekerja di bidang procurement tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai.

Hal ini dapat dipahami karena di Indonesia juga masih sangat sedikit sekali perguruan tinggi yang mempunyai jurusan Supply Chain Management plus fakta bahwa banyak juga para para profesional sekarang yang bekerja tidak sesuai dengan disiplin ilmunya seperti banker yang latar belakangnya sarjana pertanian dll.

3. Frekwensi Mengikuti Pelatihan

Ini fakta yang cukup mengejutkan bahwa 37% responden tidak pernah sama sekali mengikuti pelatihan dan 33% menjawab hanya mengikuti 1 kali pelatihan dalam 2 tahun terakhir. Data ini menunjukkan kesempatan yang diberikan perusahaan untuk mengikuti pelatihan masih terbatas.

Hal ini kontradiktif dengan fakta pertama dimana 81% pemilik perusahaan dan senior management memandang bahwa procurement memilii peran strategis tetapi tidak memberikan cukup kesempatan untuk mengikuti pelatihan.

Pengembangan karyawan memang tidak terbatas pada pelatihan saja, perusahaan dapat mengembangkan karyawan dengan penugasan pada posisi tertentu atau proyek tertentu tetapi pengetahuan tentang bagaimana bekerja di bidang Procurement/Supply Chain Management juga penting untuk diketahui apalagi pengetahuan yang didapat dari praktisi yang mempunyai pengalaman di bidang tsb.

Pengembangan diri adalah tanggung jawab pribadi. Jika perusahaan kita memberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan itu bagus tetapi jika tidak kita bisa juga belajar sendiri diluar kantor. Sama seperti halnya kita perlu makan dan minum untuk bekerja maka kita juga perlu memberi makan dan minum pengetahuan tentang procurement untuk otak kita.

Kesimpulan saya dari survey ini adalah Profesi Procurement sudah mendapatkan pengakuan dari para pemegang keputusan di perusahaan tetapi jumlah profesional procurement yang memilik latar belakang yang sesuai dan secara teratur mengikuti pelatihan masih sedikit oleh karena itu para profesional procurement perlu proaktif untuk mengusahakan dapat mengikuti pelatihan baik dengan fasilitas perusahaan atau mengikuti pelatihan diluar sendiri.