Sandwich Position

Seorang procurement profesional sering dihadapkan pada posisi yang terjepit ditengah. Di satu sisi dia mewakili perusahaan untuk bernegosiasi dengan para supplier, disatu sisi dia juga harus bernegosiasi dengan end user atau para pemangku kepentingan dari internal perusahaan.

Aspirasi dan kebutuhan dari internal perusahaan terkadang tidak bisa dipenuhi oleh supplier atau bisa dipenuhi dengan konsekuensi-konsekuensi tertentu. Sementara para pemangku kepentingan di internal perusahaan terkadang tidak bersedia menerima konsekuensi tersebut. Jadilah procurement terjepit ditengah.

Kemampuan bernegosiasi mutlak diperlukan oleh setiap procurement profesional. Negosiasi disini bukanlah negosiasi ala membeli cabe dipasar tetapi sebuah proses komunikasi berdasarkan akal sehat, data dan perhitungan yang scientific untuk menemukan titik temu.

Negosiasi adalah sebuah proses yang kompleks. Tidak sekedar meminta sesuatu tanpa dasar logika, walaupun dalam keseharian terkadang masih ditemui perusahaan yang sering mendorong ke batas yang paling bawah sampai di tingkat yang tidak masuk akal (berpatokan pada budget yang ternyata tidak akurat atau bahkan sudah tidak relevant lagi).

Saya tidak bermaksud membela para supplier tetapi saya justru bermaksud membela perusahaan yang memberikan pekerjaan pada para supplier. Hubungan bisnis bukan hubungan cinta semalam tetapi hubungan jangka panjang, dimana untuk bisa sama-sama bertahan perlu hubungan yang saling menguntungkan. Jika hanya satu pihak saja yang diuntungkan maka hubungan tersebut sulit untuk dipertahankan atau bila dipaksakan berjalan maka akan ada hal-hal yang dikorbankan untuk menutupi kerugian operasional.

Tugas procurement profesional memang tidak mudah. Sebelum melakukan negosiasi ke supplier tugas, seorang procurement profesional harus memastikan bahwa aspirasi dan kebutuhan internal perusahaan masuk akal dari sisi teknis, legal dan komersil. Ini adalah fase yang tidak mudah dilakukan karena mensyaratkan beberapa pengetahuan teknis dari berbagai disiplin ilmu belum lagi perlu keberanian juga untuk mengkomunikasikan umpan balik ke internal perusahaan karena bisa jadi disalah artikan.

Jadi untuk menunjang pekerjaan di bidang ini, procurement profesional perlu membekali diri dengan keahlian dan pengalaman ( baca : jam terbang) dalam bernegosiasi di berbagai bidang bisnis misalnya, dalam konteks procurement di bidang tambang batu bara, harus juga mengerti hal teknis dan komersil terkait perawatan alat berat, peledakan, perawatan jalan hauling dll

Procurement profesional adalah profesi yang strategis tetapi terkadang masih dilihat sebagai pekerjaan administrasi dan tukang nego (sayang sekali…)