Supply Chain Management atau SCM adalah sebuah organisasi berbasis data.
Apa artinya?
Artinya setiap keputusan dalam organisasi SCM harus berdasarkan data (bukan asumsi). Keputusan untuk memilih vendor yang diundang tender, keputusan memilih vendor yang menang tender, menentukan kinerja vendor, menentukan strategi negosiasi dan masih banyak lagi harus berbasis data.
Kenapa?
Seorang dokter yang memberi resep obat atau melakukan tindakan medis tanpa melakukan diagnosa terlebih dahulu dapat dituntut karena melakukan malpraktek.
Hal yang sama dengan praktisi di bidang SCM, jika membuat keputusan tanpa melakukan diagnosa terlebih dahulu ,sebenarnya, dapat masuk kategori yang sama dengan malpraktek tetapi dalam dunia SCM atau dalam konteks bisnis kita tidak mengenal istilah tsb maka hal ini kadang jadi luput dari perhatian.
Keputusan yang berbasis data dapat lebih dipertanggungjawabkan karena meminimalkan subyektifitas, asumsi dan merupakan salah satu cara yang elegan untuk berurusan dengan hal-hal yang terkait office politics.
CONTOH: Dalam sebuah tender dimana daftar vendor yang diundang didapat dari berbagi sumber seperti dari end user, dari hasil sourcing team Procurement atau dari rekomendasi owner. Dalam situasi ini masing-masing stake holder mempunyai “jagoannya” sendiri dan masing-masing pihak secara implisit ingin jagoannya yang menang.
Lalu bagaimana solusinya?
Solusinya adalah membuat keputusan berbasis data.
Caranya?
Caranya adalah dengan membuat kriteria tender yang transparan dan terukur. Secara umum kriteria tender terdiri dari:
1. Kriteria administrasi
2. Kriteria teknis
3. Kriteria K3L
4. Kriteria komersil
5. Kriteria hukum
Setiap kriteria memiliki bobot yang terukur dan harus didukung dengan dokumentasi yang jelas.
Tahap berikutnya adalah mengumpulkan data berdasarkan kriteria diatas. Metode pengumpulan datanya bisa bermacam-macam mulai dari desktop study, wawancara, presentasi, site visit dll. Berdasarkan data yang sudah terkumpul maka proses evaluasi dapat dilakukan dengan memakai sistem pembobotan yang sudah di sepakati. Hasilnya adalah sebuah rekomendasi berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan akuntabilitasnya.
Dalam konteks bisnis yang sesungguhnya atau dalam kehidupan nyata kadangkala kita berhadapan pihak manajemen atau pemilik bisnis yang membuat sebuah executive decision yang berbeda dengan data yang ada. Lalu kita harus bagaimana? apakah kita tetap harus ngotot dengan data yang ada?